Jakarta -
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melakukan survei kegiatan belajar mengajar jarak jauh di tengah pandemi Corona (COVID-19). Hasilnya, ada 87 persen aktivitas guru hanya sekedar memberikan soal dan tidak memanfaatkan teknologi di era digital ini.
Hasil survei itu dipaparkan oleh Plt Pusdatin Kemendikbud, Muhammad Hasan Chabibie, di diskusi online UNJ bertajuk 'Peluang dan Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh', Minggu (26/7/2020). Chabibie tidak merinci kapan survei ini dilakukan, dan menggunakan metode apa, dia hanya memaparkan hasil survei ini dalam diskusi itu.
"Kami lakukan survei, bahwa ternyata di lapangan yang terjadi guru lebih dari 87 persen, atau lebih 85 persen, aktivitas yang dilakukan itu masih sekedar memberikan soal, aktivitas dengan buku teks pun bahkan posisinya hanya 50, 40 persen paling gampang kita kasih tugas ngumpulin, kasih tugas ngumpulin. Saya nggak tahu ini kejadiannya apakah karena faktor kompetensi di masing-masing individu, ya tentu berbeda dengan yang lain atau faktor lain. Tapi ini yang kita tangkap di lapangan," papar Chabibie.
Dia juga menyebut siswa hampir separuh siswa SMP hingga SMK di Indonesia sudah memanfaatkan digital. Sementara untuk tingkatan SD itu mereka menggunakan televisi sebagai media belajar.
"Case study di SD banyak nonton televisi, SMP-SMA mereka sudah pakai YouTube, mereka sudah pakai rumah belajar untuk kemudian menjadi bagian aktivitas yang tak terpisahkan," jelasnya.
Siswa Kesulitan Memahami Pelajaran di Proses Belajar Jarak Jauh
Selain itu, Kemdikbud juga menyebut rata-rata siswa tidak bisa memahami pelajaran dalam kondisi kegiatan belajar jarak jauh. Siswa juga tidak berkonsentrasi secara penuh jika belajar di rumah.
"Hambatan setelah kita di lapangan apa yang terjadi, kenapa siswa kita nggak maksimal dalam pembelajaran jarak jauh? Ternyata yang menarik untuk daerah-daerah yang 3P, daerah yang kota biasa itu yang paling penting adalah (siswa) kesulitan memahami pelajaran, dan kemudian kedua kurangnya konsentrasi. Ketiga tidak bisa bertanya ke Bapak Ibu guru-nya," ucapnya.
"Ini menarik, ternyata persoalan utamanya adalah persoalan memahami pelajaran, tidak ada yang bisa bertanya secara langsung, dan anak-anak kita tidak fokus. Nah ini domain ini ada di skenario pembelajaran yang disiapkan oleh Bapak Ibu guru kita pada saat akan menggeser sebuah proses belajar mengajar secara online. Ini yang kami butuh diskusi gimana obstacle ini bisa kita selesaikan sama-sama," tambahnya.
0 Komentar